Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, orang dewasa yang doyan minum soda mengalami peningkatan risiko stroke, obesitas, kerusakan ginjal, dan tekanan darah tinggi.
Namun, anak kecil yang minum soda empat kali atau lebih setiap hari, punya kemungkinan dua kali lebih besar untuk menyerang orang lain, berkelahi, atau menghancurkan barang. Penelitian itu dipublikasikan di “Journal of Pediatrics”.
Namun, anak kecil yang minum soda empat kali atau lebih setiap hari, punya kemungkinan dua kali lebih besar untuk menyerang orang lain, berkelahi, atau menghancurkan barang. Penelitian itu dipublikasikan di “Journal of Pediatrics”.
"Kami menemukan bahwa angka perilaku agresif anak meningkat sejalan dengan kenaikan porsi minuman ringan per hari, yang sangat mengejutkan," kata pemimpin tim peneliti Shakira Suglia, asisten profesor epidemiologi di Columbia University Mailman School of Public Health, pada Yahoo! Shine.
Suglia dan rekannya menganalisis data pada dari sekitar 3.000 anak berusia lima tahun dari studi tentang kesejahteraan anak-anak perkotaan. Di dalamnya, para ibu melaporkan tingkat konsumsi minuman ringan anak mereka dan mambuat daftar tentang perilaku anak mereka.
Para peneliti menemukan bahwa 43 persen dari anak-anak yang ada meminum setidaknya satu porsi minuman ringan setiap hari, dan ada 4 persen yang mengonsumsi empat porsi atau lebih. "Ini cukup mengkhawatirkan, mengingat apa yang sudah kita ketahui tentang soda," kata Suglia.
Studi ini menemukan hubungan yang jelas antara agresivitas — serta sifat menarik diri dan masalah perhatian — dan konsumsi soda, bahkan setelah menyesuaikan faktor sosio-demografis, depresi ibu, kekerasan pasangan intim, dan kehilangan ayah. Namun, karena itu adalah penelitian observasional, para peneliti tidak bisa mengatakan bahwa soda adalah penyebab perubahan perilaku, dan karena ibu tidak mengatakan apakah minuman ringan yang dikonsumsi anak-anak mereka adalah minuman ringan untuk diet atau reguler, sulit untuk mengetahui mengapa ada kaitan.
"Kita bisa saja membuat hipotesis jika perilaku tersebut adalah karena kafein, atau bisa saja karena gula," kata Suglia. "Tapi kami benar-benar tidak tahu pasti.”
Seorang mantan dokter anak bernama Marcie Schneider, yang kini mengkhususkan diri dalam perawatan remaja di Connecticut, pada tahun 2011 telah menguraikan bahaya minuman olahraga untuk anak-anak.Soda merusak gigi anak-anak dan tidak memiliki nilai gizi, ujar Schneider pada Yahoo! Shine. Meminum soda juga tidak akan menghilangkan dahaga sebab soda akan membuat dehidrasi, bukannya memberi cairan bagi peminumnya.Bagaimana cara mengurangi asupan soda bagi anak-anak? “Seperti orang dewasa, anak-anak juga rentan terhadap efek dari sistem penarikan kafein, seperti mengalami sakit kepala, rasa lelah, dan keterampilan motorik yang melambat," katanya.
Cara yang paling penting adalah mendidik orangtua tentang bahaya soda, dan memastikan bahwa mereka tidak memiliki lemari penuh soda diet untuk mereka konsumsi sendiri. "Karena orangtua adalah contoh terbaik untuk anak,” kata Schneider.