Penelitian itu melibatkan lebih dari 200 pasangan mahasiswa yang memiliki hubungan saudara, tidak memiliki masalah dengan alkohol, namun salah satu orang tua mereka memiliki ketergantungan alkohol.
Para mahasiswa itu diberikan miniman beralkohol yang dicampur dengan soda sebanyak tiga kali. Dalam setiap intervalnya, mereka ditanyai untuk mengetahui kondisi mereka, apakah mabuk, masih sadar, mengantuk, atau terjaga.
Para peneliti kemudian membandingkan penemuan gen dan hasil penelitian dari responden. Hasilnya gen CYP2E1 pada kromosom 10 sepertinya yang menjadi penentu apakah seseorang akan segera mabuk atau tidak.
Professor Wilhelmsen mengatakan penelitian lebih lanjut dibutuhkan agar penemuan ini dapat digunakan untuk mengatasi ketergantungan alkohol.
"Kecanduan alkohol sangat kompleks dan banyak sekali alasan yang menyebabkan orang mengkonsumsi alkohol. Penemuan ini hanya salah satunya," tambah Wilhelmsen.
Professor Colin Drummond, ahli ketergantungan dari Insitut Psikiatri London mengatakan ketergantungan alkohol merupakan kombinasi gen dan lingkungan.
"Banyak faktor keluarga menyebabkan ketergantungan alkohol," kata dia.
Dia mengatakan orang tua yang memiliki masalah ketergantungan dengan minuman keras kemungkinan akan memiliki anak yang juga punya masalah dengan alkohol.