Tanaman yang diberi nama TomTato ini menghasilkan lebih dari 500 buah tomat ceri yang manis di atas tanah. Sedangkan di bawah tanah, tanaman ini menghasilkan beberapa kentang putih yang cocok untuk direbus, dipanggang, atau dijadikan keripik kentang.
Tomtato |
Perusahaan hortikultura yang mengembangkan jenis tanaman ini, Thompson & Morgan, mendeskripsikan tanaman tersebut sebagai tanaman sayur serba guna di dalam pot, dan menjualnya dengan harga 14.99 poundsterling atau sekitar Rp280 ribu per pohon.
Jenis tanaman hybrid ini bukan merupakan hasil rekayasa genetik, melainkan dengan teknik pencangkokan. Tomat dan kentang sama-sama merupakan anggota dari genus Solanaceae yang memungkinkan untuk dilakukan teknik cangkok sederhana.
Menurut Thompson & Morgan, sebenarnya cangkokan tomat dan kentang telah dikenal sejak beberapa dekade belakangan, dan beberapa pertanian kecil Inggris sudah melakukan teknik ini. Namun produk TomTato yang dihasilkan perusahaan yang berbasis di London tersebut merupakan yang pertama kali dikomersialkan dalam jumlah besar.
Paul Hansord, direktur hortikultura di perusahaan tersebut, mengatakan bahwa dia pertama kali mendapat ide ini sejak 15 tahun lalu ketika sedang berada di Amerika Serikat (AS) dan menganggap bahwa salah satu petani kecil yang menanam tomat dan kentang secara bersamaan di sana adalah sebuah lelucon.
"Lima tahun yang lalu, saat saya sedang berada di Italia untuk mengunjungi perusahaan pertanian yang fokus mengembangkan teknik cangkok. Saya mulai kembali berpikir tentang hal yang telah saya tertawakan di AS dulu," ujar Hansord yang menjalani tiga tahun lebih proses percobaan hingga akhirnya dia yakin dapat memproduksi jenis tanaman hibrid ini hingga 34.000 tanaman per tahunnya.
Menurut Hansord, TomTato memiliki tingkat pencangkokan yang cukup sulit karena harus menggunakan benih tomat dan kentang yang memiliki kadar massa yang sama agar dapat tumbuh sempurna.
Jenis tanaman hybrid ini bukan merupakan hasil rekayasa genetik, melainkan dengan teknik pencangkokan. Tomat dan kentang sama-sama merupakan anggota dari genus Solanaceae yang memungkinkan untuk dilakukan teknik cangkok sederhana.
Menurut Thompson & Morgan, sebenarnya cangkokan tomat dan kentang telah dikenal sejak beberapa dekade belakangan, dan beberapa pertanian kecil Inggris sudah melakukan teknik ini. Namun produk TomTato yang dihasilkan perusahaan yang berbasis di London tersebut merupakan yang pertama kali dikomersialkan dalam jumlah besar.
Paul Hansord, direktur hortikultura di perusahaan tersebut, mengatakan bahwa dia pertama kali mendapat ide ini sejak 15 tahun lalu ketika sedang berada di Amerika Serikat (AS) dan menganggap bahwa salah satu petani kecil yang menanam tomat dan kentang secara bersamaan di sana adalah sebuah lelucon.
"Lima tahun yang lalu, saat saya sedang berada di Italia untuk mengunjungi perusahaan pertanian yang fokus mengembangkan teknik cangkok. Saya mulai kembali berpikir tentang hal yang telah saya tertawakan di AS dulu," ujar Hansord yang menjalani tiga tahun lebih proses percobaan hingga akhirnya dia yakin dapat memproduksi jenis tanaman hibrid ini hingga 34.000 tanaman per tahunnya.
Menurut Hansord, TomTato memiliki tingkat pencangkokan yang cukup sulit karena harus menggunakan benih tomat dan kentang yang memiliki kadar massa yang sama agar dapat tumbuh sempurna.
Tomtato |
"Kedua benih tanaman ini digabung di sebidang tanah yang dilapisi plastik klip hingga tumbuh tunas, kemudian dipindahkan ke dalam pot diameter bukaan selebar 9 cm untuk dapat tumbuh dengan normal," jelas Hansord.
TomTato diklaim mampu tumbuh dengan baik di dalam maupun luar ruangan, asalkan berada di pot atau kantong tanam yang cukup besar.
TomTato diklaim mampu tumbuh dengan baik di dalam maupun luar ruangan, asalkan berada di pot atau kantong tanam yang cukup besar.